Selasa, 17 Mei 2011

FASILITAS PENTING UNIVERSITAS STKIP / STIT PASURUAN

Dunia internet sangatlah penting untuk mencari data, panduan belajar, referensi dan wawasan bagi seorang mahasiswa betapa dekatnya dan betapa sangat eratnya mahasiswa dengan internet sehingga mereka hampir setiap hari selalu menggunakan internet, selain mencari data, mengolah dan berbagi data tentang pendidikan internet juga memberikan banyak wawasan, pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan baru. Bisa dikatakan 80% materi yang dipelajari di universitas bersumber dari internet. Internet adalah jalan penghubung antara satu dengan yang lain merupakan jalan pintas penghubung dunia. Kita akan belajar mengenal dan mengetahui kebudayaan serta teori dari Negara-negara yang sudah maju dengan internet tanpa harus mengeluarkan uang yang banyak serta waktu yang lama untuk belajar. Internet juga banyak membantu seorang dosen atau guru dalam proses mengajar. Tanpa internet kita akan buta pengetahuan, buta wawasan.
Sayangnya di Indonesia internet tidak tersedia dengan gratis bahkan sangat mahal untuk ukuran ekonomi menengah ke bawah, sedang kebutuhan internet sangatlah banyak. Generasi muda Indonesia harus tidak boleh tertinggal. Sebagai Negara yang berkembang kita butuh fasilitas-fasilitas yang memadai. Internet semakin marak dan banyak diminati bukan hanya untuk kalangan pelajar tapi juga untuk kalangan guru, pegawai. Tapi semakin marak itulah yang ingin membuat penyedia seperti speedy menaikkan tarif internet tapi kita juga harus mengerti mungkin karena Negara masih belum mengetahui cara yang tepat untuk membuat jaringan internet sendiri, akan tetapi setidaknya Negara dengan programnya telah menyediakan beberapa fasilitas yang juga bisa dinikmati para generasi muda secara gratis seperti hot spot. Kebijakan daerah memberikan hot spot pada setiap instansi untuk bisa dinikmati oleh sebagian generasi muda, misalnya di alun-alun, taman kota, PLN, rumah sakit, universitas sehingga hot spot ini merupakan sarana yang sangat penting bagi masyarakat kota / daerah terutama generasi muda. Bagi mahasiswa hot spot adalah alat penghemat ekonomi dan tenaga karena banyak sekali uang yang dikeluarkan untuk mengerjakan setiap tugas seperti browsing, ngetik / editing, printing, foto kopi dan masih banyak lagi bahkan biaya ini bisa melebihi pembayaran semester jika dijumlah dalam 6 bulan, belum lagi tugas pribadi dan tugas-tugas yang ditolak. Yang terpenting mereka harus pandai-pandai mengatur waktu karena kepala dan kehidupan mereka akan dipenuhi tugas-tugas yang menumpuk, presentasi-presentasi yang menunggu ide-ide yang harus dicari, konsep yang harus terpenuhi dan lain sebagainya.
Ide yang sangat tepat sekali dan memang seharusnya pada setiap universitas terdapat layanan hot spot yang akan sangat mendukung jalannya belajar mengajar di universitas. Mahasiswa akan tetap belajar meskipun di luar jam pelajaran paling tidak akan meminimalisasi pengeluaran keuangan. Mahasiswa akan bisa menyelesaikan diskusi kelompoknya di lingkungan sekolah tanpa mengatur waktu untuk kumpul di tempat lain. Mereka akan tidak malu untuk belajar internet kepada temannya sendiri. Lingkungan sekolah (universitas) akan menjadi sumber ilmu bagi masyarakat dan merupakan syarat yang wajib dimiliki universitas manapun.
Tapi sayang STKIP Pasuruan telah melalaikan kepentingan itu. Mereka memberikan sarana hot spot bukan sebagai penunjang fasilitas serta kemajuan pendidikan mahasiswa melainkan sebagai formalitas yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Faktanya layanan itu (hot spot) sangat tidak memberikan kepuasan bagi mahasiswanya. Bagaimana tidak, jaringan wirelessnya sangat lemah sinyalnya cuma satu, kadang hidup tapi seringkali mati kadang juga diberi password, layanan internet di STKIP hanya menggunakan paket 345 Mbps sebulan 150 dengan band witch yang terbagi 5 komputer di bagian administrasi, 3 komputer di perpustakaan (jarang nyambung internetnya) sisanya buat wireless. Sepertinya internet hanya dipakai khusus untuk organisasi universitas saja sedang siswanya tidak perlu. Mereka disuruh untuk pergi ke warnet atau tempat-tempat yang lain padahal uang pembayaran kami (para mahasiswa) juga untuk semua fasilitas yang tersedia di sana dan hot spot itu juga merupakan salah satu sarana pendidikan. Kami (para mahasiswa) merasa sangat kecewa. Menurut kami STKIP merupakan universitas satu-satunya di Pasuruan yang mulai berkembang. Jaringan hot spot juga disertakan dalam brosur STKIP tapi hal kecil semacam ini akan menjadi sangat besar jika dibiarkan terus-menerus. Bagaimanapun sebagai bentuk kepedulian kami kepada kampus kami, kami harus mencegah penyelewengan sekecil apapun untuk bisa segera diperbaiki dan kami juga tidak ingin menjadi mahasiswa lugu yang terus membiarkan keterpurukan menghantui.